Blogger Widgets

Friday 27 February 2015
















Malangnya nasib Ibu kota Negara Republik Indonesia, dalam susunan hierarki tata kota, Jakarta dapat ditempatkan pada posisi teratas kemudian disusul kota-kota besar lainnya. Karena kota pelabuhan tersebut terpilih sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan lain-lain.


Tetapi dengan nasib malang yang terus melanda Jakarta, apakah masih layak ditempatkan pada posisi teratas pada tingkat tatanan kota yang prestisius.
Setiap hari terhampar ribuan kendaraan bermotor yang merayap hampir di seluruh jalan ibu kota, setiap jam ada ancaman bagi warga ibu kota entah itu kriminalitas, ataupun pelecehan, bahkan pemerkosaan, setiap detik napas warga Jakarta tersengal-sengal akibat polutan yang memasuki ambang batas normal.
Itulah sekilas tentang Jakarta, yang bagi sebagian orang menjadi tanah surga, dan bagi sebagian lagi bak penampungan sampah raksasa.

Sekilas info
Tahukah anda bagaimana sejarah Toko Merah yang pernah menjadi primadona saat masa kolonial ?


Gedung tua sebagai saksi kejayaan Batavia lama di tepian Muara Ciliwung. Bangunan tersebut pernah menjadi tempat tinggal Gubernur Jenderal von Imhoff (1705-1751).
Bangunan Toko Merah terletak di Jl. Kali Besar No. 11, Jakarta Barat. Secara administratif berada di Kelurahan Roa Malaka, Kec. Tambora, Wilayah Kota Jakarta Barat. Letak bangunan pada masa kejayaan VOC sangat strategis, berada di kawasan jantung kota asli Batavia, berdekatan dengan pusat pemerintahan VOC (Stadhuis). Dari segi bisnis, Toko Merah justru terletak di tepi barat Kali Besar (de Groote River), sebagai "central business district" nya Batavia. Pada saat itu Ciliwung merupakan urat nadi lalu lintas air yang ramai dilayari hingga ke pedalaman. Kawasan Kali Besar sendiri merupakan salah satu wilayah hunian elit di dalam Kota Batavia.
Sejarah Toko Merah: Toko Merah dibangun pada tahun 1730 oleh Gustaaf Willem Baron van Imhoff (kemudian menjadi gubernur jenderal) sebagai rumah tinggal. Pada saat ia membangun Toko Merah jabatannya masih sebagai opperkopman, sehingga kadangkala orang meragukan bahwa Toko Merah dibangun van Imhoff. Rumah tersebut dibangun sedemikian rupa, sehingga besar, megah dan nyaman. Nama "Toko Merah" berdasarkan salah satu fungsinya yakni sebagai sebuah toko milik warga Cina, Oey Liauw Kong sejak pertengahan abad ke-19 untuk jangka waktu yang cukup lama. Nama tersebut juga didasarkan pada warna tembok depan bangunan yang bercat merah hati langsung pada permukaan batu bata yang tidak diplester. Warna merah hati juga nampak pada interior dari bangunan tersebut yang sebagian besar berwarna merah dengan ukiran-ukirannya yang juga berwama merah. Di samping itu dalam akte tanah No. 957, No. 958 tanggal 13 Juli 1920 disebutkan bahwa persil-persil tersebut milik NV Bouwmaatschapij "Toko Merah".
encyclopedia/1248106c6c908dda15e930c0d7a1c774
Buku Toko Merah, saksi kejayaan Batavia karya Thomas B. Ataladjar
Pintu Masuk utama Toko Merah
 
 Selain unik dari segi bangunan, Toko Merah juga memiliki sejuta cerita yang khas,
bersumber dari buku tentang kisah Toko Merah yang sedikit aneh, mungkin secara nalar kita menyebutnya itu kebetulan saja, bagaimana tidak, saat terjadi musibah kebakaran yang melalap hampir seluruh bangunan semi permanen yang berdekatan dengan Toko Merah. dengan kebetulan atau tidak Toko Merah tidak ikut dilalap api.





No comments:

Post a Comment