Malangnya nasib Ibu kota Negara Republik Indonesia, dalam susunan hierarki tata kota, Jakarta dapat ditempatkan pada posisi teratas kemudian disusul kota-kota besar lainnya. Karena kota pelabuhan tersebut terpilih sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan lain-lain.
Tetapi dengan nasib malang yang terus melanda Jakarta, apakah masih layak ditempatkan pada posisi teratas pada tingkat tatanan kota yang prestisius.
Setiap hari terhampar ribuan kendaraan bermotor yang merayap hampir di seluruh jalan ibu kota, setiap jam ada ancaman bagi warga ibu kota entah itu kriminalitas, ataupun pelecehan, bahkan pemerkosaan, setiap detik napas warga Jakarta tersengal-sengal akibat polutan yang memasuki ambang batas normal.
Itulah sekilas tentang Jakarta, yang bagi sebagian orang menjadi tanah surga, dan bagi sebagian lagi bak penampungan sampah raksasa.
Sekilas info
Tahukah anda bagaimana sejarah Toko Merah yang pernah menjadi primadona saat masa kolonial ?
Sekilas info
Tahukah anda bagaimana sejarah Toko Merah yang pernah menjadi primadona saat masa kolonial ?
Gedung tua sebagai saksi kejayaan
Batavia lama di tepian Muara Ciliwung. Bangunan tersebut pernah menjadi
tempat tinggal Gubernur Jenderal von Imhoff (1705-1751).
Bangunan Toko
Merah terletak di Jl. Kali Besar No. 11, Jakarta Barat. Secara
administratif berada di Kelurahan Roa Malaka, Kec. Tambora, Wilayah Kota
Jakarta Barat. Letak bangunan pada masa kejayaan VOC sangat strategis,
berada di kawasan jantung kota asli Batavia, berdekatan dengan pusat
pemerintahan VOC (Stadhuis). Dari segi bisnis, Toko Merah justru terletak di tepi barat Kali Besar (de Groote River),
sebagai "central business district" nya Batavia. Pada saat itu Ciliwung
merupakan urat nadi lalu lintas air yang ramai dilayari hingga ke
pedalaman. Kawasan Kali Besar sendiri merupakan salah satu wilayah
hunian elit di dalam Kota Batavia.
Sejarah Toko Merah:
Toko Merah dibangun pada tahun 1730 oleh Gustaaf Willem Baron van
Imhoff (kemudian menjadi gubernur jenderal) sebagai rumah tinggal. Pada
saat ia membangun Toko Merah jabatannya masih sebagai opperkopman,
sehingga kadangkala orang meragukan bahwa Toko Merah dibangun van
Imhoff. Rumah tersebut dibangun sedemikian rupa, sehingga besar, megah
dan nyaman. Nama "Toko Merah" berdasarkan salah satu fungsinya yakni
sebagai sebuah toko milik warga Cina, Oey Liauw Kong sejak pertengahan
abad ke-19 untuk jangka waktu yang cukup lama. Nama tersebut juga
didasarkan pada warna tembok depan bangunan yang bercat merah hati
langsung pada permukaan batu bata yang tidak diplester. Warna merah hati
juga nampak pada interior dari bangunan tersebut yang sebagian besar
berwarna merah dengan ukiran-ukirannya yang juga berwama merah. Di
samping itu dalam akte tanah No. 957, No. 958 tanggal 13 Juli 1920
disebutkan bahwa persil-persil tersebut milik NV Bouwmaatschapij "Toko
Merah".
|
Buku Toko Merah, saksi kejayaan Batavia karya Thomas B. Ataladjar
Pintu Masuk utama Toko Merah
|
No comments:
Post a Comment